Sabtu, 05 November 2011
For You
Teruntuk Pelangiku.
Seseorang yang mengubah Januariku menjadi jutaan warna baru.
Seseorang yang kini mengubah hariku menjadi sendu.
Seseorang yang meninggalkan berjuta rasa rindu.
Seseorang yang pernah dan selalu menjadi keajaibanku.
Seseorang dengan senyum yang tak menjemu membuai kalbu.
Seseorang yang tak kelu dalam hatiku.
This is for you….
Pagi datang. Merayap pelan. Ah, nyeri itu menyerang. Kau tak tahu kenapa? Apa kau tak tahu jika malam-malamku tak sama lagi sejak sebuah kisak klasik yang kutulis terhenti pada suatu titik? Titik yang bernama akhir. Bahkan, kisah itu tak pernah bermula. Ia hanya berjalan wajar adanya. Namun, bukankah ia menyenangkan? Ya, segala sesuatu tentangmu selalu terasa semenyenangkan itu bagiku. Ia istimewa. Istimewa, karena kamu merupakan bagian di dalamnya. Tak taukah kau? Rasa itu tak akan kelu. Mencintaimu tak pernah membuatku jemu.
Pagi adalah awal rindu tercipta. Rindu yang selalu ada atas satu nama. Namamu.
Pagi adalah saat aku membuka mata dan otakku tak mampu bekerja. Ia tak mampu mengingat apapun selain namamu yang mengawalinya.
Pagi adalah saat aku ingin segera melihatmu. Ya, melihatmu yang tak mampu kugenggam jemarinya.
Ah, mengingatmu selalu membuatku rindu. Apa kau tak bisa membebaskanku dari rasa yang menyiksa itu? Aku merindukanmu… Aku merindukanmu… Aku merindukanmu, Pelangiku…
Siang tak pernah mampu membuatku melelah. Meski habis tenagaku, mencintaimu tak pernah berhenti. Siang ini semakin membuatku lemah. Lemah karena mencintaimu tak pernah membuatku lelah.
Siang pun tak kan mampu membakar habis tenagaku. Mencintaimu tak butuh tenaga, ia hanya butuh rasa. Dan rasa itu selalu ada. Ia tak kan berhenti untuk tercipta.
Siang ialah saat aku ingin berada di sana, di sampingmu. Menjadi angin semilir untuk menghapus tiap tetes keringatmu. Aku ingin menyejukkanmu dengan wujudku.
Malam selalu terasa menyiksa. Malam selalu memuai menjadi tetes bening kala kau tak mampu terjamah raga. Malam selalu menumpahkan rindu yang terkungkung dalam kata. Mencintaimu, apakah memang tak mampu tehenti oleh masa? Ya, saat ini aku tak mampu melakukannya. Aku tak mampu berhenti mencintaimu. Aku tak mampu menghapusmu, tak mau, tak rela.
Malam selalu mengalahkanku. Malam selalu berhasil membuat rinduku tumpah.
Mungkin malam memiliki keajaiban. Saat malam datang, saat itu pula rinduku semakin besar. Saat itu pula cintaku semakin mengakar.
Malam selalu menjadi latar waktu antara aku dan kamu. Tak dapatkah malam-malam itu kembali untukku? Aku rindu kala kau dan aku membunuh waktu pada tiap senja sirna itu. Aku rindu untuk berbagi kisah denganmu seperti dulu.
Mencintaimu tak mengenal waktu.
Aku pun tak tahu mengapa begitu.
Yang aku tahu hanyalah aku mencintaimu.
Mencintai kamu dan segala kalimat ajaibmu yang membuatku jatuh cinta dulu.
Mencintai kamu dan senyummu yang menenangkan itu.
Mencintai kamu dan segala yang ada padamu.
Aku mencintaimu karena kamu adalah kamu.
Dan kini, aku merindukanmu
Sangat merindukanmu, Pelangiku…
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar